Sabtu, 28 Agustus 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Tn. L
DENGAN DEMAM TYPOID
DI RUANG MELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN
Tanggal 04–06 Agustus 2010




MAKALAH ILMIAH





Oleh :
FENDI WARSITO
NIM: P3.73.20.3.07.007









POLTEKKES KEMKES JAKARTA III
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PERSAHABATAN
JAKARTA, 2010









ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Tn. L
DENGAN DEMAM TYPOID
DI RUANG MELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN
Tanggal 04–06 Agustus 2010






MAKALAH ILMIAH
Disusun Dalam Rangka Ujian Akhir Program Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III
Tahun 2009-2010.





Oleh :
FENDI WARSITO
NIM: P3.73.20.3.07.007





POLTEKKES KEMKES JAKARTA III
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PERSAHABATAN

LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah Ilmiah dengan judul :
“ASUHAN KEPERAWATA KLIEN TN. L DENGAN DEMAM TYPOID DI RUANG MELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN TANGGAL 04–06 AGUSTUS 2010”

OLEH : Fendi Warsito
NIM : P3.73.20.3.07.007

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dihadapan penguji
Makalah Ilmiah Program Studi Keperawatan Persahabatan Jakarta Dalam Rangka Ujian Akhir Program (UAP) Untuk Memperoleh Diploma III Keperawatan.






Jakarta, 16 Agustus 2010
Pembimbing Makalah



Dra. Ns. Wartonah, S. Kep
NIP : 1964.0312.1985.03.2002



LEMBAR PENGESAHAN


Makalah Ilmiah dengan judul :

ASUHAN KEPERAWATA KLIEN TN. L DENGAN DEMAM TYPOID
DI RUANG MELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN


Telah diujikan dihadapan Tim Penguji Sidang Ujian Akhir Program Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemkes Jakarta III di Jakarta, pada tanggal 04-06 Agustus 2010



Penguji Ketua



Dra. Ns. Wartonah, S. Kep
NIP : 1964.0312.1985.03.2002




Penguji Anggota



Novizar, S.Kep
NIP : 1982.1121.19822.2001




Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan Persahabatan
Politeknik Kesehatan Kemkes Jakarta III



Sri Maryani, SKM,M.Kes
NIP : 1955.0212.1971.02.2001

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawata Klien Tn. L Dengan Demam Typoid di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan Tanggal 04–06 Agustus 2010”. Makalah ilmiah ini diajukan untuk melengakapi salah satu persyaratan dalam melaksanakan Ujian Akhir Program Diploma III Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Persahabatan.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan kesulitan-kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak maka tersusunlah makalah ilmiah ini. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada

Hj.Heryati, SKp.M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta III, kepada Yupi Supartini, SKp.M.Sc selaku Ketua Jurusan Keperawatan, dan kepada Hj.Sri Maryani, SKM.M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan Persahabatan Jakarta, serta kepada Dra.Ns Wartonah, SKp selaku pembimbing dan penguji I yang telah banyak memberikan petunjuk dan pengarahan dengan penuh bijaksana dalam penyusunan makalah ilmiah ini. Demikian pula kepada ibu Novizal, SKp selaku pembimbing dan penguji 2 di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan Jakarta, tak lupa penulis sampaikan kepada Quratul Aini, S.Kep selaku Kepala Ruangan dan CI serta seluruh perawat ruangan Melati Atas pelaksanaan praktik keperawatan di RSUP Persahabatan.

Tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada staff dosen Program Studi Keperawatan Persahabatan Jakarta, yang telah memberikan bimbingan selama penulis melaksanakan pendidikan dan kepada Ibu Heni, dkk sebagai petugas Perpustakaan yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Klien dan Keluarga yang telah membantu memberikan data-data yang berhubungan dengan kasus yang penulis ambil yaitu Typoid, sehingga terbentuklah asuhan keperawatan pada klien tersebut.

Selain itu tidak lupa penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta doa restunya kepada penulis selama penulis menyelesaikan pendidikan. Demikain juga kepada Nurul Lia Septiani yang setia mendampingi penulis dan teman-teman angkatan X yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan makalah ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa saran maupun kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ilmiah dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan bagi penulis khususnya. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan memberikan ridho-Nya kepada kita semua.Amien.
Jakarta, Agustus 2010

Penulis














DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................... 3
C. Ruang lingkup....................................................................... 4
D. Sistematika penulisan............................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit Typoid
1. Pengertian..........................................................................
2. Etiologi..............................................................................
3. Patofisiologi.......................................................................
4. Manifestassi Klinik............................................................
5. Pemeriksaan Diagnostik....................................................
6. Komplikasi.........................................................................
7. Penatalaksanaan.................................................................

B. Asuhan Keperawatan Klien Typoid
1. Pengkajian..............................................................................
2. Diagnosa keperawatan............................................................
3. Perencanaan keperawatan.......................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.................................................................................
B. Diagnosa keperawatan..............................................................
C. Perencanaan..............................................................................
D. Implementasi..............................................................................
E. Evaluasi......................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.................................................................................
B. Diagnosa keperawatan..............................................................
C. Perencanaan..............................................................................
D. Implementasi..............................................................................
E. Evaluasi...............................................................................................





BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Demam Typoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Enterica serotype typhi. Demam typoid merupakan manifestasi dari adanya infeksi akut pada usus halus yang mengakibatkan gejala sistemik atau menyebabkan enteritis akut. Demam typoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk negara dengan pendapatan yang rendah, terutama pada daerah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun ( Posting : Husnul Mubarak.wordpress.com 09/08/2010)

Di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, pada tahun 2008 tercatat kasus demam typoid mencapai 380 orang, dengan laki-laki 208, perempuan 171 orang, meninggal 1 orang.
Pada tahun 2009 kasus demam typoid ini menigkat dengan jumlah 420 orang, dengan laki-laki 187 orang, perempuan 233 orang, dan tidak ada yang meninggal.
( Rekam Medis RS. Persahabatan Jakarta, 2010 )

Keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam melaksakan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif guna memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesional pada penderita penyakit demam typoid .

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari kasus demam typoid dan menuliskannya kedalam sebuah makalah ilmiah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Klien Tn. L Dengan Demam Typoid di Ruang Melati Atas RS. Persahabatan “









B. TUJUAN
Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan dengan demam typoid.

Tujuan Khusus
1. Memahami tentang konsep dasar dari Demam Typoid
2. Melakukan pengkajian pada klien dengan Demam Typoid
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Demam Typoid
4. Menyusun perencanaan tindakan pada klien dengan Demam Typoid
5. Melakukan implementasi yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan asuhan keperawatan pada klien dengan Demam Typoid
6. Melakukan evaluasi hasil yang diharapkan melalui catatan perkembangan
7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Demam Typoid
8. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan asuhan keperawatan klien dengan Demam Typoid, serta kesenjangan antara teori dengan kenyataan di lahan praktik dan mencari solusinya.





C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang dibahas pada makalah ini meliputi konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan pada demam typoid, serta penerapan asuhan keperawatan pada Tn. L dengan demam typoid di ruang Melati Atas RS. Persahabatan Jakarta tanggal 04 sampai dengan 06 Agustus 2010..

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis secara sistematis menyusun dan membagi makalah ilmiah ini kedalam lima bab yang terdiri dari :
Bab I Pendahuluan; menguraikan tentang: latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang konsep dasar penyakit yaitu : pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medik, dan komplikasi, serta konsep asuhan keperawatannya. Pada Bab III Tinjauan Kasus menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada demam typoid , yang meliputi pengkajian s.d evaluasi. Bab IV Pembahasan, menguraikan tentang bagaimana perbadaan dan persamaan antara kasus pada Bab III dengan teori yang tercantum pada Bab III. Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran, ditulis pada Bab V.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP DASAR DEMAM TYPOID
1. Pengertian
Demam Typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran“. (Mansjoer, 2000: 432).

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi yang menyerang usus halus yang disebabkan karena bakteri Salmonella Typhi (dokter-herbal.com, 15/08/10)

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan demam Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya menyerang pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella Typhii dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan dapat mengenai saluran pencernaan, khususnya pada usus halus, dan dapat menyebabkan gangguan kesedaran.



2. Etiologi
Penyebab demam typoid adalah bakteri Salmonella Typhi. Sedangkan demam paratypoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies Salmonella Enteritidis, yaitu Salmonella Enteritidis bioserotipe paratyphi A, Salmonella Enteritidis bioserotipe paratyphi B, Salmonella Enteritidis bioserotipe paratyphi C. kuman-kuman ini lebih di kenal dengan nama Salmonella Paratyphi A, Salmonella Schottmuelleri, dan Salmonella Hirdchfelldi. (Mansjoer, 2001)

3. Patofisiologi
Kuman Salmonella Thypi masuk bersama makanan/minuman setelah berada di dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh darah limfe masuk ke darah (bakterimia primer) menuju organ retikuloendotelial system (RES) terutama hati dan limfa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar keseluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut di keluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala dari demam typoid.
Demam typoid disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya yang merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.
(dez’s blog.blogspot.com 18/08/10)

Pathwey ( Suriadi dan Yuliani, 2001)

Kuman Salmonella Typhii
Saluran pencernaan
(Lambung)

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid usus halus Hati Limpa Endotoksin

Tukak (mukosa usus halus) Hepatomegali Splenomegali Deman

Perdarahan dan perforasi Nyeri perabaan
4. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari demam typoid menurut (Mansjoer,2001), adalah

Gejala-gejala yang timbul bervareasi dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstifasi atau diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh.

Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikarsi relatif, lidah tipoid (kotor ditengah tepi dan ujung merah, dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa somenolen sampai koma, sedangkan roseolae jarang ditemukan pada orang indonesia.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Arif Mansjoer, dkk (2001), biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typoid. Peningkatan uji titer widal empat lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam typoid

Dari pemeriksaan widal, titer antibodi terhadap antigen O yang bernilai > 1/200 atau peningkatan > 4 kali antara masa akut dan konvalensens mengarah kepada demam typoid, meskipun dapat terjadi positif maupun negatif palsu akibat adanya reaksi silang antara spesies salmonella. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman salmonella typhi pada biakan empedu yang diambil dari darah klien.
Akibat infeksi oleh kuman salmonella typhi pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu:
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, berasal dari rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman).
c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typoid

6. Komplikasi
Komplikasi dapat dibagi dalam :
a. Komplikasi intestinal :
Komplikasi yang dapat terjadi pada intestinal adalah perdarahan usus, perforasi usus , ileus paralitik

b. Komplikasi ekstra intestinal :
Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis, dan tromboflebitie. Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik Paru : pneumoni, empiema, pleuritis. Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis. Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis. Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis. Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
(Patriani Sarasan’s blog.blogspot.com 21/08/10)

Jika demam typhoid tidak diobati hingga minggu III, maka akan menimbulkan komplikasi seperti gangguan kesadaran, kerusakan usus halus dan gangguan pada berbagai organ tubuh. (Dokter-herbal.com WordPress 21/08/10)

7. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik menurut, (Artikel: medicastore.com 10/08/2010)
diantaranya :
a. Tirah baringPenderita yang dirawat harus tirah baring (bed rest) dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi usus halus. Bila gejala klinis berat, penderita harus istirahat total.
b. Nutrisi
1). Cairan Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.
2). Diet Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita demam Typoid, biasanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim, dan nasi biasa.
c. Terapi simptomatik Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita, yakni vitamin, antipiretik (penurun panas) untuk kenyamanan penderita terutama klien, dan antiemetik bila penderita muntah hebat.
d. Antibiotik seperti : Kloramfenikol, Ampisillin atau Amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil), Trimetroprim – Sulfametoksazol (Kotrimoksazol).



B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan Menurut Doenges (1999: 473-485) adalah:
a. Aktivitas dan Istirahat.
Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan proses penyakit.
b. Sirkulasi
Tanda: Takikardi (respon demam, proses inflamasi dan nyeri), bradikardi relatif, hipotensi termasuk postural, kulit/membran mukosa turgor buruk, kering, lidah kotor.
c. Integritas Ego
Gejala: Ansietas, gelisah, emosi, kesal misal perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan.
Tanda: Menolak, perhatian menyempit.
d. Eliminasi
Gejala: Diare/konstipasi.
Tanda: Menurunnya bising usus/tak ada peristaltik meningkat pada konstipasi/adanya peristaltik.
e. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, mual dan muntah.
Tanda: Menurunnya lemak subkutan, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
f. Hygiene
Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Hepatomegali, Spenomegali, nyeri epigastrium.
Tanda: Nyeri tekan pada hipokondilium kanan atau epigastrium.
h. Keamanan
Gejala: Peningkatan suhu, pengelihatan kabur, gangguan mental delirium/ psikosis.39,6°C-40°C
i. Interaksi Sosial
Gejala: Menurunnya hubungan dengan orang lain, berhubungan dengan kondisi yang di alami.
j. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang muncul menurut (Alief’s.blogspot.com 15/08/10) yaitu:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat tidur tirah baring.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
e. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.
f. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat

3. Perencanaan Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.
Intervensi:
1) Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
Rasional: Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9-41,10C menunjukkan proses inflamasi.
2) Jelaskan upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu klien/ keluarga dalam melaksanakan upaya tersebut, seperti: dengan memberikan kompres dingin pada daerah frontal, lipat paha dan aksila, selimuti klien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh, tingkatkan intake cairan dengan perbanyak minum.
Rasional: Membantu mengurangi demam.
3) Observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan Respirasi) setiap 2-3 jam.
Rasional: Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran keadaan umum klien
4) Monitor penurunan tingkat kesadaran.
Rasional: Menentukan intervensi selanjutnya untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
5) Batasi aktivitas klien.
Rasional: Untuk mempercepat proses penyembuhan
6) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik dan antibiotik.
Rasional: Obat antiperitik untuk menurunkan panas dan antibiotik mengobati infeksi basil Salmonella Typhi.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat tidur/tirah baring.
Intervensi:
1) Berikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berupa makanan, minuman, ganti baju dan perhatikan kebersihan mulut, rambut, genetalia dan kuku.
Rasional: Pemberian bantuan pada klien dapat menghindari timbulnya komplikasi yang berhubungan dengan pergerakan yang melanggar program tirah baring.
2) Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL.
Rasional: Partisipasi keluarga sangat penting untuk mempermudah proses keperawatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
3) Jelaskan tujuan tirah baring untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan
Rasional: Istirahat menurunkan mobilitas usus juga menurunkan laju metabolisme dan infeksi.

c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.
Intervensi:
1) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, turgor kulit, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan.
Rasional: Perubahan status hidrasi, membran mukosa, turgor kulit menggambarkan berat ringannya kekurangan cairan.
2) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Perubahan tanda vital dapat menggambarkan keadaan umum klien

3) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian.
Rasional: Memberikan pedoman untuk menggantikan cairan.
4) Dorong keluarga untuk membantu klien makan.
Rasional: Keluarga sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan cairan klien
5) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian cairan IV.
Rasional: Pemberian cairan IV untuk memenuhi kebutuhan cairan.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
Intervensi:
1) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Rasional: Mengetahui penyebab pemasukan yang kurang sehingga dapat menentukan intervensi yang sesuai dan efektif.
2) Monitor adanya penurunan berat badan.
Rasional: Kebersihan nutrisi dapat diketahui melalui peningkatan berat badan 500 gr/minggu.
3) Monitor lingkungan selama makan.
Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.

4) Monitor mual dan muntah.
Rasional: Mual dan muntah mempengaruhi pemenuhan nutrisi.
5) Libatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi klien.
Rasional: Meningkatkan peran serta keluarga dalam pemenuhan nutrisi untuk mempercepat proses penyembuhan.
6) Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
Rasional: Protein dan vitamin C dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
7) Berikan makanan yang terpilih.
Rasional: Untuk membantu proses dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien.
Rasional: Membantu dalam proses penyembuhan.

e. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.
Intervensi:
1) Monitor tanda dan gejala diare.
Rasional: Untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan.
Identifikasi faktor penyebab diare, serta mengetahui penyebab diare sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya
2) Observasi turgor kulit secara rutin.
Rasional: Turgor kulit jelek dapat menggambarkan keadaan klien.
3) Ajarkan klien untuk menggunakan obat antidiare.
Rasional: Untuk membantu dalam proses penyembuhan.
4) Anjurkan klien untuk makan makanan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan.
Rasional: Makanan rendah serat dan tinggi protein dapat membantu mengatasi diare.
5) Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal.
Rasional: Untuk melanjutkan intervensi dan pemberian obat berikutnya.
6) Evaluasi intake makanan yang masuk.
Rasional: Untuk mengetahui tingkat perkembangan klien.
7) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian cairan
Rasional: Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.

f. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya, intensitas dan karakteristik nyeri.
Rasional: Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/terjadi komplikasi.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan menurunkan nyeri.
Rasional: Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor yang memperberat (seperti stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi, serta membantu dalam membuat diagnosis dan kebutuhan terapi.
3) Beri kompres hangat pada daerah nyeri.
Rasional: Untuk menghilang nyeri.
4) Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian obat analgetik.
Rasional: Analgetik dapat membantu menurunkan nyeri.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
Intervensi
1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit klien.
Rasional: Mengetahui pengetahuan keluarga tentang penyakit demam typoid.
2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien.
Rasional: Agar keluarga klien mengetahui tentang penyakit demam typoid, penyebab, tanda dan gejala, serta perawatan dan pengobatan penyakit demam typoid.
3) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Rasional: Supaya keluarga lebih memahami tentang penyakit tersebut.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah usaha untuk menilai keefektifan asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien dengan demam typoid.
Hasil evaluasi yang diharapkan adalah:
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
Evaluasi:
1) Suhu tubuh dalam batas normal (36,6-37,5 C).
2) Klien tidak demam lagi.
3) Klien tidak gelisah.
4) Turgor kulit baik.
5) Kesadaran compos mentis.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat tidur/ tirah baring.
Evaluasi:
1) Kebutuhan mandi, makan, minum, eleminasi, ganti pakaian, kebersihan mulut, rambut, kuku dan genetalia terpenuhi.

2) Klien berpartisipasi dalam tirah baring
3) Klien mobilisasi secara bertahap.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.
Evaluasi:1) Masukan dan haluaran cairan seimbang.
2) Turgor kulit baik, membran mukosa lembab.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
Evaluasi:
1) Klien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.
2) Klien tidak lagi mual, dan muntah.
3) Menunjukkan berat badan ideal atau peningkatan berat badan sesuai saran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
e. Diare berhubungan dengan peradangan pada usus halus.
Evaluasi :
1) Tidak mengalami diare.
2) Turgor kulit baik.

h. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.
Evaluasi:
1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2) Tampak rileks dan mampu tidur atau istirahat secara adekuat.
i. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
Evaluasi:Keluarga klien mengerti tentang penyakit kliennya













BAB III
TINJAUAN KASUS


1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama Tn. L, umur 32 tahun, jenis kelamin laki-laki, status perkawinan telah menikah, tanggal / jam masuk rumah sakit : 03-08-2010 / 22.30 WIB, no register : 0002, diagnosa medis : Demam Typoid, agama Khatolik, pendidikan D3, pekerjaan guru sekolah dasar swasta di jakarta, dan beralamat Jalan bangun Jaya Blok E, No 1 RT 005 RW 010 Duren Sawit Jakarta Timur.

Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan saat ini (alasan masuk RS).
Demam sejak 2 minggu sebelum masuk RS, mual, diare. Demam turun setelah diberi panadol. dibawa ke RS karena pusing-pusing, muntah lebih dari 8 kali. klien juga merasakan nyeri dibagian ulu hati, mual dan pusing. Sebelumya klien pergi ke klinik dekat rumah dan telah diberi obat oleh dokter tetapi menurut klien obat yang diberikan tidak terpengaruh apa-apa terhadap penyakitnya. Maka klien kemudian memutuskan untuk ke rumah sakit.

b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak ingat dengan riwayat imunisasinya. Sebelum sakit yang sekarang, penyakit yang pernah di alami klien adalah . pada tahun 2004 klien pernah di rawat di RSP Persahabatan dengan fraktur pada kaki kananya karena kecelakaan mobil. Klien mengatakan tidak mengingat kejadiannya dengan pasti. klien tidak memiliki alergi terhadap makanan. obat yang pernah digunakan klien adalah panadol .

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara, tidak ada penyakit keturunan yang menjadi faktor resiko penyakit klien sekarang.











Genogram







Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah

a. Riwayat psikososial dan spiritual
Orang terdekat dengan klien adalah istrinya, komunikasi dalam keluarga baik, pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu ayah klien, klien tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungan rumahnya. Apabila klien stress klien tidur, klien mengatakan ingin sembuh. Klien berharap setelah perawatan dapat sembuh total, dan bekerja kembali seperi biasa. Klien melaksanakan ibadah secara rutin. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang pengertian, penyebab dan komplikasi penyakitnya yang dialami sekarang

b. Kondisi lingkungan Rumah
Klien tinggal dengan orang tuanya di daerah Duren Sawit Jakarta-Timur yang kondisinya padat dan dekat jalan raya.

c. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Sebelum sakit :
a) Pola nutrisi
Pada saat di rumah klien makan 3 x sehari, nafsu makan baik dan jenis makanannya nasi, lauk, sayur, buah dan susu. BB sebelum sakit 72 Kg TB : 172 cm.
Dirumah sakit klien makan 3 x sehari, makan habis 1/2 porsi dengan diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein ), yaitu bubur, tulur, dan susu, roti. nafsu makan kurang, dengan alasan mual, tidak ada makanan yang membuat klien alergi. BB klien 72 Kg, TB 172 cm, klien makan sacara mandiri.
b) Pola eliminasi
Saat di rumah klien BAK 4 - 5 x sehari, warna kuning jernih, klien mengatakan tidak ada keluhan pada saat BAK. Pola eliminasi BAB klien saat di rumah biasanya 1 - 2 x sehari dengan warna feses kuning kecokelatan, bau khas konsistensi lunak dan tidak ada keluhan saat buang air besar.
Di rumah sakit klien BAK 3 – 4 x sehari, warna kuning jernih. Tidak ada keluhan saat BAK. BAB klien saat di rumah sakit 4 x sehari dengan warna feses kuning kecokelatan, bau khas konsistensi lunak dan tidak ada keluhan saat buang air besar.

c) Personal hygiene
Klien mandi dirumah 2 x perhari, sikat gigi 2 x perhari pada waktu pagi dan sore dan cuci rambut 1 x perhari, menggunakan shampoo.
Dirumah sakit klien mandi 1, tidak pernah sikat gigi dan mencuci rambut 1 kali menggunakan shampoo. klien mencuci rambut secara mandiri

d) Istirahat dan tidur
Klien tidur di rumah biasa 8 - 10 jam perhari dan tidur siang. Dirumah sakit klien tidur 6 - 8 jam perhari dan tidur siang + 1 jam.

e) Aktivitas dan latihan
Klien bekerja sebagai guru di salah satu sekolah swasta, waktu klien bekerja pagi, dan klien jarang berolah raga.
Di rumah sakit klien tidak bekerja, tidak pernah melakukan olah raga dan kegiatan waktu luang klien diisi dengan mengobrol dengan keluarganya atau tidur, klien tampak banyak berbaring di tempat tidur

f) Kebiasaan yang mempengaharuhi kesehatan
Kebiasaan merokok 10 batang perhari sejak umur 13 tahun, klien tidak minum-minuman keras, dan klien juga tidak ada ketergantungan obat.
Di rumah sakit klien tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan tidak ada ketergantungan dengan obat-obatan

1. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata simetris, konjungtiva normal, kornea normal, sklera ikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan normal, tanda-tanda radang tidak ada, klien tidak memakai kaca mata.

b. Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, bentuk telinga normal, kondisi telinga normal, tidak ada rasa penuh dalam telinga, tidak ditemukan tinitus, fungsi pendengaran baik dan tidak menggunakan alat bantu dengar.
c. Sistem Wicara
Tidak mengalami gangguan/ kesulitan wicara.

d. Sistem Pernapasan
Jalan nafas tidak ada sumbatan, klien tidak sesak, klien tidak menggunakan otot otot bantu pernapasan, frekwensi 20 x permenit, irama teratur, tidak batuk, ronkhi -/-

e. Sistem Kardiovaskuler
Nadi 88 x permenit, irama teratur, tekanan darah 120/80 mmhg, denyut kuat, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisapan kapiler < 2 detik, tidak terdapat edema.

f. Sistem Hematologi
Tanggal 03 agustus 2009 dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil : Leukosit 11,02 ribu/mm3, Eritrosir 4,84 juta/uL,
Trombosit 123 ribu/mm3, Hemoglobin 14,4 g/dl, Hematokrit 42%, Gula darah tidak di periksa

g. Sistem Saraf Pusat
Tingkat kesadaran klien compos mentis dengan hasil pengukuran GCS : E : 4 , M : 6 , V : 5. Tidak terdapat tanda-tanda peningkatan intra kranial.
h. Sistem Pencernaan
Klien tidak terdapat caries gigi, klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat stomatitis, lidah dan gigi terlihat kotor, klien terlihat kembung. Muntah 3x dengan isi makanan dan cairan, nyeri di daerah perut dengan karakteristik seperti tertusuk - tusuk. Kebiasaan BAB 3x perhari tetapi di rumah sakit klien BAB 4x, bising usus 15x permenit.

i. Sistem Endokrin
Pemeriksaan gula darah tidak dilakukan, poliuri, polidipsi, poliphagia, poline uritis tidak ditemukan.

j. Sistem Integumen
Keadaan kulit klien terdapat bekas luka sayat pada pergelangan tangan kiri klien, luas luka klien + 8 cm dengan panjang 4 cm dan lebar 2 cm. Luka klien tidak tampak kemerahan, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor, dan fungsio lesia. turgor kulit elastis, keadaan rambut baik

k. Sistem Muskuloskeletal
Klien kesulitan dalam mobilisasi fisik karena klien terpasang infus . tidak ada kelainan bentuk tulang atau sendi.

l. Sistem Kekebalan Tubuh
Suhu : 380 C, BB sebelum sakit 72 kg, BB saat ini 72 kg, TB 172 cm, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

2. Data Penunjang
a. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Agustus 2009 :
Jenis
Leukosit
Eritrosir
Trombosit
Hemoglobin
Hematokrit
Anti S Typhi H
Anti S Typhi O
Hasil
11,02
4,84
123
14,4
42
+ 1/80
+ 1/80
nilai normal
(5 – 10 ribu/mm3)
(4,5 – 6,5 juta/ul)
(150 – 440 ribu/mm3)
(13 – 18 g/dl)
(20 – 52 %)
Negatif
Negatif

Ket














b. Hasil pemeriksaan rongten
Belum dilakukan pemeriksaan rongten

3. Penatalaksanaan
Terapi obat pada tanggal 03 Agustus 2010 :
Bad rest 7 sampai 14 hari, IVFD RL 500cc/6jam, diet lunak 1900 kalori Paracetamol : 3 x 500 mg, Omeprazol : 1 x 20 mg, Domeperidon : 3 x 10 mg.

4. Resume
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit klien demam tinggi, kemudian turun setelah diberikan panadol, Pada tanggal 02 Agustus 2009 puku 22.10 WIB klien dibawa ke IGD RSUP Persahabatan karena pusing dan muntah – muntah lebih dari 8 kali berisi sisa makanan dan cairan. Pada tanggal 03 Agustus 2010 pukul 01.00 WIB klien masuk ruangan Melati Atas. Klien terpasang infus pada tangan kiri RL 0,9%/4 jam
Pada saat pengkajian pada tanggal 03 Agustus 2010 didapat data sebagai berikut : Klien mengatakan nyeri pada uluhati. Terdapat nyeri tekan pada daerah obdomen kwadran kiri bawah dan daerah sternum, klien tampak meringis kesakitan dengan skala nyeri 6 (1-10), ekspresi wajah tegang. klien makan habis ½ porsi, nafsu makan kurang baik terkadang mual, BB 72kg, tidak ada penurunan berat badan selama sakit. Pada pemeriksaan fisik terdapat lidah dan gigi klien tampak kotor, hepatomegali, nyeri tekan pada pada abdomen kwadran 2 kiri bawah, pada tangan kiri terdapat bekas luka sayat + 8cm. keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis, TTV klien: S : 380 C, TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, klien tampak sering ke kamar mandi, Aktifitas klien dilakukan sendiri.
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, dan klien juga mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang penyakit typoid. Latar belakang pendidikan D3.
Hasil laboratorium pada tanggal 03 Agustus 2010 yaitu : Leukosit 11,02 ribu/mm3, Eritrosir 4,84 juta/uL, Trombosit 123 ribu/mm2, Hemoglobin 14,4
g/dl, Hematokrit 42 %, Anti S Typhi H + 1/80, Anti S Typhi O, + 1/80
Terapi : Bad rest 7 sampai 14 hari, IVFD RL 500cc/6jam, diet lunak 1900 kalori Paracetamol : 3 x 500 mg, Omeprazol : 1 x 20 mg, Domeperidon : 3 x 10 mg.

5. Data Fokus
Data fokus yang didapatkan dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 04 Agustus 2009 adalah sebagai berikut :

a. Data subjektif
Klien mengatakan muntah lebih dari 8 kali berisi sisa makanan dan cairan. Klien mengatakan rasa tidak enak pada perut, makan habis ½ porsi, terkadang mual. Klien mengatakan 2 hari sebelumnya demam tinggi, Klien mengatakan nyeri pada uluhati, klien mengatakan nyeri tekan di abdomen sebelah kiri bawah. klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, dan klien juga mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang penyakit Typoid,



b. Data objektif
Nyeri tekan pada daerah obdomen kwadran kiri bawah dan daerah sternum, klien tampak meringis kesakitan dengan skala nyeri 6 (1-10), klien makan habis ½ porsi, nafsu makan kurang, lidah dan gigi klien tampak kotor. Anti S Typhi H + 1/80, Anti S Typhi O, + 1/80, TTV klien: S : 380 C, TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, klien tampak sering ke kamar mandi, klien terpasang infus pada lengan kiri,

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 04 Agustus 2010, ditegagkan diagnosa sebagai berikut :
1. Resiko tinggi komplikasi : perforasi / perdarahan usus berhubungan dengan proses inflamasi usus halus
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses inflamasi usus halus
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi


C. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal 04 2010
1. Diagnosa I
Resiko tinggi komplikasi : perforasi / perdarahan usus berhubungan dengan proses inflamasi usus halus
a. Tujuan dan Kriteria hasil :
Komplikasi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam.
Klien bedrest, klien tidak bolak-balik ke kamar mandi, leukosit dalam batas normal yaitu 5 – 10 ribu/mm3, TTV dalam batas normal : SH 36 – 37 ºC, TD 90/60 – 120/80 mmHG, N 80 – 115 x/menit, RR 30 – 40 x/menit.
b. Intervensi :
1) Kurangi aktifitas fisik
(Rasional : mengurangi resiko terjadinya perforasi usus)
2) Anjurkan untuk bedrest
(Rasional : mengurangi resiko terjadinya perforasi usus)
3) Lakukan pengawasan terhadap komplikasi (melena, nyeri hebat)
(Rasional : melena merupakan tanda terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan terutama usus)
4) Kolaborasi dalam pemeriksaan darah lengkap
(Rasional : untuk mengetahui adanya perubahan fungsi tubuh akibat infeksi maka dapat dilakukan pemeriksaan darah leukosit dll)

5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
(Rasional : mencegah terjadinya infeksi).

2. Diagnosa II
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
a. Tujuan dan Kriteria hasil :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan, selama 3 x 24 jam. Nafsu makan klien meningkat, tidak mual, tidak muntah, makan habis 1 porsi, BB ideal
b. Intervensi :
1) Kaji pola makan klien
(Rasional : mengetahui frekuensi, jenis dan cara makan klien untuk menentukan intervensi)
2) Beri perawatan mulut setiap hari
(Rasional : meningkatkan nafsu makan)
3) Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
(Rasional : mengurangi rasa mual dan meningkatkan nafsu makan)
4) Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik
(Rasional : meningkatkan selera makan dan mencegah mual)

5) Timbang BB setiap hari
(Rasional :mengetahui perkembangan nutrisi klien)
6) Kolaborasi dalam pemberian diit
(Rasional : mengetahui kebutuhan nutrisi yang akan dibutuhkan klien)

Diagnosa III
Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada daerah perut berhubungan dengan proses proses inflamasi usus halus
a. Tujuan dan Kriteria hasil :
Nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dan Klien mengetakan sudah tidak sakit, klien tidak meringis kesakitan, klien mau dipalpasi perutnya, skala nyeri 0
b. Intervensi :
1) Kaji tingkat intensitas nyeri
(Rasional : perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan intervensi),
2) Monitor perilaku non verbal
(Rasional : bahasa tubuh atau petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan fisiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas atau beratnya masalah),


3) Berikan tindakan yang nyaman
(Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan koping),
4) Lakukan dan anjurkan teknik distraksi seperti : membacakan dongeng, mendengarkan radio atau musik
(Rasional : dengan melakukan teknik distraksi rasa nyeri klien dapat diahlikan sehingga mengurangi rasa nyeri),
5) Kolaborasi dalam pemberian analgesik
(Rasional : mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri)

Diagnosa IV
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
a. Tujuan Kriteria hasil :
Pengetahuan keluarga bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit, Klien dan keluarga mengerti tentang penjelasan yang diberikan, klien tidak bertanya-tanya lagi.
b. Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tantang penyakit klien
(Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit klien),
2) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
(Rasional : menambah tingkat pengetahuan keluarga),
3) Beri kesempatan keluarga klien untuk menanyakan kembali hal-hal yang ingin diketahui
(Rasional : umpan balik merupakan tanda klien memahami penkes yang diberikan),
4) Evaluasi kembali kepada keluarga mengenai penjelasan yang telah diberikan
(Rasional : dengan evaluasi kembali mengetahui tingkat pemahaman keluarga)

D. IMPLEMENTASI
Tanggal 04 2010
Dx I : Resiko tinggi komplikasi : perforasi / perdarahan usus berhubungan dengan proses inflamasi usus halus
a. Pukul 10.00 WIB, menganjurkan kien untuk bedrest
Respon :
Hasil : klien tampak beristirahat di tempat tidurnya
b. Mengobservasi hasil Lab
Respon :
Hasil : Leukosit meningkat yaitu : 11.02 ribu/mm3, Trombosit menurun yaitu : 123 ribu/ mm3

2. Dx II : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
a. Pukul 10.15 WIB, Mengkaji intake nutrisi klien,
Respon : Klien mengatakan masih merasa mual
Hasil : Klien makan habis ½ porsi, minum susu habis 120 ml.
b. Mengobservasi klien pada saat makan pagi
Respon :Klen mengatakan tidak nafsu makan, sulit menelan dan sedikit mual
Hasil :Klien mendapat diit lunak TKTP 1900, klien makan ½ porsi
c. Pukul 10.20 WIB, Menimbang berat badan klien
Respon : Klien tampak tenang
Hasil : BB 72 kg

3. Dx III : Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada daerah perut berhubungan dengan proses inflamasi usus halus
a. Pukul 11.00 WIB Mengkaji tingkat nyeri
Respon : Klien mengatakan sakit pada uluhati
Hasil : Klien tampak meringis pada saat dipalpasi perutnya
b. Menganjurkan tindakan posisi yang nyaman
Respon : Klien mengatakan lebih nyaman semifowler
Hasil : Skala nyeri 5

c. Mengobservasi TTV
Respon : Klien tampak tenang
Hasil : SH 36.8 ºC, TD 110/70 mmHG, N 92x/menit, RR 23 x/menit.

Dx IV : Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
Respon : klien menjawab pertanyaan perawat
Hasil : klien tidak mengerti tentang penyakit klien.

Tanggal 05 Agustus 2010
1. Dx I : Resiko tinggi komplikasi : perforasi / perdarahan usus berhubungan dengan proses inflamasi usus halus
a. Pukul 08.00 WIB, Mengobservasi TTV,
Respon : Klien tampak tenang
Hasil : SH 36 ºC, TD 110/70 mmHG, N 94 x/menit, RR 20 x /manit
b. Pukul 09.00 WIB, Mengambil sampel darah
Respon : Klien tampak tenang
Hasil : sampel telah dibawa ke Lab

2. Dx III : Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada daerah perut berhubungan dengan proses inflamasi usus halus.
a. Pukul 10.20 WIB Menganjurkan klien membaca koran
Respon : klien mengatakan kadang-kadang nyeri
Hasil : Klien tampak sedikit tenang
b. Memberikan tindakan yang nyaman
Respon : Klien mengatakan lebih nyaman
Hasil : Skala nyeri 3
c. Mengobservasi TTV
Respon : Klien tampak tenang
Hasil : SH 36.5 ºC, TD 120/70 mmHG, N 110 x/menit, RR 32 x/menit.

3. Dx II : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
a. Pukul 11.25 WIB, Memberikan makanan klien,
Respon : Klien mengatakan masih merasa mual
Hasil : Klien makan habis 1 porsi, minum susu habis 120 ml.

4. Dx IV : Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
a. Memberikan penjelasan tentang penyakit yang dialami klien
Respon :
Hasil : klien tidak mengerti tentang penyakit klien.

Tanggal 06 Agustus 2010
Dx I : Resiko tinggi komplikasi : perforasi / perdarahan usus berhubungan dengan proses inflamasi usus halus
a. Pukul 08.00 WIB, Mengevaluasi hasil Lab,
Respon :
Hasil : Leukosit Meningkat 12 ribu/mm3, tes widal Anti S Typhi H : (positif) 1/80, Anti S Typhi O : (positif) 1/80

Dx II : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
a. Pukul 08.32 WIB Evaluasi inteke nutrisi klien
Respon :
Hasil : makan sore habis 1 porsi

Dx III : Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada daerah perut berhubungan dengan proses inflamasi usus halus.
a. Pukul 1020 WIB Mengevaluasi tingkat nyeri
Respon :
Hasil : skala nyeri 0

Dx IV : Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
a. Mengevaluasi tingkat pengetahuan klien
Respon : -
Hasil : klien pulang

E. EVALUASI
Tanggal 04 Agustus 2010
1. Diagnosa 1
Subyektif :
Obyektif : klien tampak beristirahat di tempat tidurnya
Analisa : Resiko tidak terjadi
Planning : Intervensi dipertahankan
2. Diagnosa 2
Subyektif : Klien mengatakan masih merasa mual
Obyektif : Klien makan habis ½ porsi, minum susu habis 120 ml, BB 72 kg
Analisa : Resiko tidak terjadi
Planning : Intervensi dipertahankan
3. Diagnosa 3
Subyektif : Klien mengatakan masih sakit pada uluhati
Obyektif : Klien tampak meringis pada saat dipalpasi perutnya.
Analisa : Masalah belum teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan

4. Diagnosa 4
Subyaktif : -
Obyektif : klien menjawab pertanyaan perawat
klien tidak mengerti tentang pengertian dan penyebab penyakit klien.
Analisa : Masalah teratasi sebagian
Planning : Intervensi dilanjutkan

Tanggal 05 Agustus 2010
1. Diagnosa 1
Subyektif :
Obyektif : Klien masih tampak sering ke kamar mandi
Tidak di temukan adanya melena
Analisa : Resiko tidak terjadi
Planning : Intervensi dilanjutkan
2. Diagnosa 2
Subyektif : Klien mengatakan masih merasa mual
Obyektif : Klien makan habis 1 porsi, minum susu habis 120 ml, BB 72 kg
Analisa : Resiko tidak terjadi
Planning : Intervensi dipertahankan


3. Diagnosa 3
Subyektif : klien mengatakan kadang-kadang nyeri
Obyektif : skala nyeri 3, ekspresi wajah klien tampak datar
Analisa : Masalah teratasi sebagian
Planning : Intervensi dilanjutkan
4. Diagnosa 4
Subyaktif : klien mengatakan mengerti dengan penjelasan perawat
Obyektif : klien menjawab sebagian pertanyaan perawat
Analisa : Masalah teratasi sebagian
Planning : Intervensi dilanjutkan

Tanggal 06 Agustus 2010 ( Dalam Status Klien)
1. Diagnosa 1
Subyektif :
Obyektif : Leukosit Meningkat 12 ribu/mm2, tes widal Anti S Typhi H : (positif) 1/80, Anti S Typhi O : (positif) 1/80
Analisa : Resiko tidak terjadi
Planning : Intervensi dihentikan, klien pulang
2. Diagnosa 2
Subyektif :
Obyektif : Klien makan habis 1 porsi, Nafsu makan maningkat
Analisa : Resiko tidak terjadi
Planning : Intervensi dihentikan, klien pulang
3. Diagnosa 3
Subyektif :
Obyektif : skala nyeri 0
Analisa : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dihentikan, klien pulang
















BAB IV
PEMBAHASAN


Pada bab ini penulis akan membandingkan beberapa kesenjangan antara tinjauan teoritis demam typoid dengan yang penulis temukan pada Tn.L selama di ruang Melati Atas RSUP Persahabatan Jakarta, dan dibahas tentang faktor penghambat dan pendukung dari setiap langkah proses keperawatan.

A. PENGKAJIAN
Seperti yang disampaikan pada bab sebelumnya, penulis melakukan keperawatan dimana pengkajian dilaksankan pada hari pertama pengambilan kasus. Untuk mendapatkan data yang baik yang menunjang baik yang subyektif maupun yang objektif, penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarga, pemeriksaan fisik, mempelajari cacatan keperawatan, catatan medis, dan hasil pemeriksaan penunjang. pada saat dilakukan pengkajian , penulis menemukan data pada klien yaitu klien mengatakan : Klien mengatakan dua hari sebelum dibawa ke RS demam tinggi, klien mengatakan muntah lebih dari 8 kali. Klien mengatakan nyeri pada uluhati, makan habis ½ porsi, terkadang mual. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, dan klien juga mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang penyakit typoid. Nyeri tekan pada daerah obdomen kwadran dua kiri bawah dan daerah sternum, klien tampak meringis kesakitan dengan skala nyeri 6 ( 1-10 ), klien makan habis ½ porsi lidah dan gigi klien tampak kotor TTV klien: S : 380 C, TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, klien tampak sering ke kamar mandi Anti S Typhi H + 1/80, Anti S Typhi O + 1/80

Sedangkan dalam teori tanda dan gejala demam typoid adalah demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, perasaan tidak enak diperut, takikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), dan hepatomagali. Terdapat kesamaan antara teori dengan knyataan yaitu klien mengeluh nyeri kepala, mual, ditemukanya lidah yang khas (putih, kotor, dan pinggirnya hiperemia), nyeri tekan pada abdomen. Sedangkan kesenjangan yang ditemukan antara teori dan kenyataan adalah penurunan kesadaran dan gejala-gejala seperti nyeri otot, takikardi. Hal ini dikarenakan sebelum dibawa ke RS Persahabatan, Tn L sudah mendapatkan terapi obat dari klinik .

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dalam bagian ini penulis akan membandingkan diagnose keperawatan yang didapat pada kasusu Tn.L dengan diagnosa keperawatan yang ada di teori : berdasarkan landasan teori yang dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan yaitu. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhii. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat ditempat tidur tirah baring. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia atau output yang berlebihan akibat diare. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada usus halus. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat, Sedangkan diagnosa yang muncul pada Tn.L ada tujuh diagnosa dari tiga diagnosa yang sama dengan teori, yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia atau output yang berlebihan akibat diare tatapi masih dalam resiko. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus. Dan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat. Tiga lagi berbeda dengan teori yaitu Resiko tinggi komplikasi : perforasi / perdarahan usus berhubungan dengan proses inflamasi usus halus, Alasan penulis mengangkat diagnosa Resiko tinggi komplikasi : perforasi / perdarahan usus berhubungan dengan proses inflamasi usus halus karena penulis menemukan data seperti klien sering ke kamar mandi sendiri, tes widal yaitu Anti S Thypi H (+) dengan titer 1/80 dan Anti S Thypi H (+) dengan titer 1/80.


C. INTERVENSI
Dalam penyusunan rencana tindakan bertitik tolak dari kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan klien saat itu, dengan tidak mengabaikan rencana keperawatan yang sesui dengan teori. Di dalam rencana tindakan keperawatan penulis mencantumkan kriteria waktu untuk mengevaluasi rencana keperawatan yang telah penulis laksanakan intervensi spesifik untuk klien dengan demam typoid antara lain : tirah baring (bedrest total), observasi keadaan umum (tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan pernafasan), pola diit, observasi hasil laboratorium (uji widal dan DPL), hal ini dilakukan karena keadaan klien dengan demam typoid dapat memburuk bahkan dapat terjadi penurunan kesadaraan.

D. IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan secara umum sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang sudah disusun telah didokumentasikan dalam cacatan keperawatan tetapi perencanaan tersebut harus dilakuakn secara berkesinambungan dan terus menerus, disini penulis menumui hambatan adanya keterbatasan waktu dalam memberikan asuhan keperawatan yang telah direncanakan sehingga penulis bekerjasama dengan perawat yang ada di ruangan Melati Atas untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.


E. EVALUASI
Avaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi yang telah dilakukan berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan. Evaluasi yang dibuat pada klien Tn.L sesui dengan evaluasi yang ada pada teori evaluasi sumatif dan formatif.

Pada diagnosa pertama, resiko tinggi komplikasi : perforasi usus dan perdarahan berhubungan dengan proses inflamasi usus halus, Tidak terjadi, hal ini dibuktikan dengan tidak terdapatnya tanda–tanda komplikasi perforasi atau perdarahan seperti melena dan nyeri perut hebat.

Pada diagnosa Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses inflamsi usus masih belem teratasi secara penuh, hal ini dikarenakan klien pulang.

Pada diagnosa Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat tidak terjadi. Hal ini karena berat badan klien tidak mengalami penurunan.

Pada diagnosa Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi, teratasi dengan pencapaian klien dapat menerangkan kembali penjelasan perawat.

BAB V
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakuakn pembahasan asuhan keperawatan pada Tn. L dengan demam typoid , sebagai penutup penulis akan membuat kesimpulan guna perbaikan keperawatan yang akan datang

Pada tahap pengkajian ditemukan data Klien mengatakan nyeri pada uluhati, makan habis ½ porsi, terkadang mual. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, dan klien juga mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang penyakit typoid. Nyeri tekan pada daerah obdomen kwadran kiri bawah dan daerah sternum, klien tampak meringis kesakitan dengan skala nyeri 6 ( 1-10 ),klien makan habis ½ porsi lidah dan gigi klien tampak kotor TTV klien: S : 380 C, TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, klien tampak sering ke kamar mandi, hasil laboratorium tanggal 05 Agustus 2010 menunjukan bahwa Leukosit Meningkat 12 ribu/mm2, tes widal Anti S Typhi H : (positif) 1/80, Anti S Typhi O : (positif) 1/80. Diagnosa gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses inflamasi usus halus dapat teratasi sebagian. Pada tanggal 06 Agustus 2010 semua intervensi dihentikan karena klien pulang.
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas maka penulis menganggap perlu adanya saran-saran untuk memperbaiki, meningkatkan dan memepertahankan mutu asuhan keperawatan. Adapun saran-saran yang ditunjukan kepada berbagai pihak yang terkait antara lain :
1. Kepada klien hendaknya selama dalam masa perawatan dan sesudah pulang dari
rumah sakit dapat melaksanakan program terapi untuk mempercepat
penyembuhannya.
2. Kepada pihak rumah sakit, hendaknya para perawat di RS Persahabatan
khususnya Melati Atas, dapat meningkatkan kinerja dengan mengacu kepada
standar prosedur operasional yang ditetapkan oleh rumah sakit, selain itu
hendaknya pihak rumah sakit menambah peralatan yang ada disetiap ruangan
agar pelaksanaan tibdakan keperawatan lebih efektif.
3. Kepada instansi pendidikan
a. Staff Dosen
Bimbingan dan arahan para dosen sangat membantu dalam penyusunan makalah ilmiah ini, sehingga perlu dipertahankan agar mampu meningkatkan pengetahuan dan pengalaman belajar.
b. Kepustakaan
Hendaknya pihak instansi menyediakan sumber-sumber buku yang terbaru tentang proses asuhan keperawatan medikal bedah khususnya tentang penyakit typoid.

Sabtu, 07 Agustus 2010

1. Melihat IMEI (International Mobile Equipment Identity)
Caranya tekan * # 0 6 #

2. Melihat versi software, tanggal pembuatan softwre dan jenis kompresi software
Caranya tekan * # 0 0 0 0 #
Jika tidak berhasil coba pencet * # 9 9 9 9 #

3. Melihat status call waiting
Caranya tekan * # 4 3 #

4. Melihat nomor / nomer private number yang menghubungi ponsel anda
Caranya tekan * # 3 0 #

5. Menampilkan nomer pengalihan telepon all calls
Caranya tekan * # 2 1 #

6. Melihat nomor penelepon pada pengalihan telepon karena tidak anda jawab (call divert on)
Caranya tekan * # 6 1 #

7. Melihat nomor penelepon pada pengalihan telepon karena di luar jangkauan (call divert on)
Caranya tekan * # 6 2 #

8. Melihat nomor penelepon pada pengalihan telepon karena sibuk (call divert on)
Caranya tekan * # 6 7 #

9. Merubah logo operator pada nokia type 3310 dan 3330
Caranya tekan * # 6 7 7 0 5 6 4 6 #

10. Menampilkan status sim clock
Caranya tekan * # 7 4 6 0 2 5 6 2 5 #

11. Berpindah ke profil profile ponsel anda
Caranya tekan tombol power off tanpa ditahan

12. Merubah seting hp nokia ke default atau pabrikan
Caranya tekan * # 7 7 8 0 #

13. Melakukan reset timer ponsel dan skor game ponsel nokia
Caranya tekan * # 7 3 #

14. Melihat status call waiting
Caranya tekan * # 4 3 #

15. Melihat kode pabrik atau factory code
Caranya tekan * # 7 7 6 0 #

16. Menampilkan serial number atau nomer seri hp, tanggal pembuatan, tanggal pembelian, tanggal servis terakhir, transfer user data. Untuk keluar ponsel harus direset kembali.
Caranya tekan * # 92702689 #

17. Melihat kode pengamanan ponsel anda
Caranya tekan * # 2 6 4 0 #

18. Melihat alamat ip perangkat keras bluetooth anda
Caranya tekan * # 2 8 2 0 #

19. Mengaktifkan EFR dengan kualitas suara terbaik namun boros energi batere. Untuk mematikan menggunakan kode yang sama.
Caranya tekan * # 3 3 7 0 #

20. Mengaktifkan EFR dengan kualitas suara terendah namun hemat energi batere. Untuk mematikan menggunakan kode yang sama.
Caranya tekan * # 4 7 2 0 #

21. Menuju isi phone book dengan cepat di handphone nokia
Caranya tekan nomer urut lalu # contoh : 150#

22. Mengalihkan panggilan ke nomor yang dituju untuk semua panggilan
Caranya tekan * * 2 1 * Nomor Tujuan #

23. Mengalihkan panggilan ke nomor yang dituju untuk panggilan yang tidak terjawab
Caranya tekan * * 6 1 * Nomor Tujuan #

24. Mengalihkan panggilan ke nomor yang dituju untuk panggilan ketika telepon hp anda sedang sibuk
Caranya tekan * * 6 7 * Nomor Tujuan #

sony

1. *#06# Menampilkan nomor IMEI (International Mobile Equipment Identity).2. *#0000# atau 0000 Mereset kembali ke bahasa inggris.3.
>*<<*<* Melihat service menu dan versi software. Tekan tombol Yes berulang kali untuk melihat semua data software dan tekan > untuk melihat semua teks yang terdapat pada ponsel.4. <**<>


DAPATKAN BUKU GRATIS DARI BUKUKITA.COM, CARANYA KLIK DISINI!!!

Kode rahasia handphone ini wajib di ketahui kalau emang mau jadi pakar preak hp, juga paling umum di gunakan selain harus tahu istilah handphone, entah untuk pemilik counter hape, makelar hape atau sebagai panduan membeli handphone second. Dan bila kurang puas lainya bisa di download disini. Jadi tahu cara merawat batrei handphone saja tidak cukup, apalagi kalo kamu demen maen hack hape.

Kode akses Nokia

*#30# : Menampilkan ‘private number’ yang menghubungi anda.
*#73# : Mereset timer ponsel dan skor game (pada beberapa ponsel).
*#7780# : Mengembalikan ke setting pabrik (factory setting).
*#2820# : Alamat IP perangkat Bluetooth (untuk ponsel yang mempunyai Bluetooth).
xx# : Akses cepat ke nama/nomer telepon di phone book ponsel, misalnya 20#.
Tombol off : Menekan dengan singkat, untuk berpindah antar profile.
*3370# : Mengaktifkan EFR(Enhanced Full Rate) Codec (tidak berlaku di ponsel Symbian).
#3370# : Menonaktifkan EFR Codec.
*#4270# : Mengaktifkan Half Rate Codec.
*#4270# : Menonaktifkan Half Rate Codec.
*#0000# : Menampilkan versi software ponsel.
*#9999# : Kode alternatif jika *#0000# tidak bekerja.
*#06# : Melihat nomor IMEI (Internasional Mobile Equipment Identity).
*#21# : Mengecek nomor pengalihan “All Call” yang digunakan.
*#2640# : Menampilkan kode keamanan ponsel yang digunakan.
*#43# : Mengecek status “Call Waiting”.
*#61# : Untuk mengecek nomor pemanggil yang dialihkan ketika tak anda jawab.
*#62# : Mengecek nomor pemanggil yang dialihkan ketika ponsel anda di luar jangkauan.
*#67# : Mengecek nomor pemanggil yang dialihkan ketika ponsel anda sedang sibuk.
**21*number# : Menghidupkan pengalihan “All Call” pada nomor yang diisi.
**61*number# : Menghidupkan pengalihan “No Reply” pada nomor yang diisi.
**67*number# : Menghidupkan pengalihan “On Bussy” pada nomor yang diisi.
*#67705646# : Mengganti logo operator logo pada Nokia 3310 dan 3330.
*#746025625# : Menampilkan status SIM Clock.
*#7760# : Menampilkan kode pabrikan (sebagian besar ponsel tipe lama).
*#92702689# : Memunculkan : 1. Serial Number, 2. Date Made, 3. Purchase Date, 4. Date of last repair, 5.Transfer user data. Keluar dari mode ini harus merestart ponsel ( pada beberapa ponsel ). Kode akses Sony Ericsson
*#06# : Melihat nomor IMEI (Internasional Mobile Equipment Identity).
*#0000# : Mereset bahasa kembali ke English.
> * < < * < * : Service Menu – menampilkan versi software ponsel. Tekan “Yes” berulang-ulang untuk melihat semua data software dan tekan “>” untuk melihat semua teks yang terdapat pada ponsel.
< * * < : Mengunci SIM Card.

Sortcuts :
1. Menyimpan nomor “Missed Call” di direktori ponsel.
Cari menu “Missed Call”, tekan “Yes” untuk menampilkan nomor yang dituju. Tekan nomor apa saja ( 0 sampai 9 ), kemudian tekan “clear” sekali untuk memblok nomor tersebut, kemudian tekan dan tahan “<” sampai muncul “Store”, tekan “Yes”.

2. Menyembunyikan nomor.
Setelah menekan nomor yang dituju dan sebelum menekan “Yes”, tekan ‘ > ‘ 2 kali untuk memilih “Hide Id?” dan tekan ‘Yes’.

3. Mengecek level batere ketika ponsel mati (off ).
Tekan ‘No’ secara cepat 1 x dan tunggu hingga tampilan baterai terlihat.

4. Menyimpan nomor di memori ponsel (bukan SIM Card).
Ikuti prosedur normal untuk menyimpan nomor. Ketika tampilan untuk menyimpan terlihat tekan ‘#’ sekali dan lokasi yang diinginkan, atau tekan ‘#’ 2 kali untuk melihat posisi lanjutan.

5. Menghubungi nomor dari pesan SMS.
Mengarahkan kursor pada nomor yang tertulis, kemudian tekan “Yes”.

Shortcut Penampilan Gambar :
(Berlaku di sebagian besar ponsel Symbian).
Ketika melihat image atau gambar di galeri, tekan :
1 : untuk memutar gambar ke kiri.
2 : untuk memutar gambar ke kanan.
5 atau 7 : untuk memperbesar (zoom) gambar.
* : untuk tampilan fullscreen atau non fullscreen.
Catatan : perintah angka di atas bisa berbeda di setiap ponsel.

Hard Reset :
Peringatan !!! Semua data ponsel akan hilang.
Dalam keadaan ponsel mati (off), tekan secara bersamaan tombol telepon (bicara), angka 3, dan tombol * (bintang). Kemudian dalam keadaan menekan ketiga tombol tersebut, tekan tombol On. Trik ini berlaku di sebagian besar ponsel Nokia.

Update Tambahan Nokia GSM
Nokia 21xx
Kode Penjelasan
*#06# Kode IMEI
*#3283# Minggu Produksi/Bulan & Tahun
*#9999# Versi Software

Nokia 32xx
Kode Penjelasan
*#06# Kode IMEI
*#0000# Versi Software
*#92702689# Menu Layanan
*#746025625# Sim Clock Stop
*3370# EFR aktif, suara lebih jernih, baterai cepat habis.
#3370# EFR inactive.
*4720# HR aktif, suara tidak lebih jernih, baterai tahan lama.
#4720# HR OFF.

Nokia 51xx
Kode Penjelasan
*#06# Kode IMEI
*#0000# Versi Software
*#92702689# Menu layanan
*3370# EFR aktif, suara lebih jernih, baterai cepat habis.
#3370# EFR inactive.
*4720# HR aktif, suara tidak lebih jernih, baterai tahan lama.
#4720# HR OFF.

Nokia 61xx
Kode Penjelasan
*#06# Kode IMEI
*#0000# Versi Software
*#92702689# Menu layanan
*3370# EFR aktif, suara lebih jernih, baterai cepat habis.
#3370# EFR inactive.

Nokia 81xx

Kode Penjelasan
*#06# Kode IMEI
*#8110# Versi Software, tanggal produksi & nomor model
*#92702689# Menu layanan

Nokia 88xx
Kode Penjelasan
*#06# Kode IMEI
*#0000# Versi Software
*#92702689# Menu Layanan
*3370# EFR aktif, suara lebih jernih, baterai cepat habis.
#3370# EFR inactive.

Nokia 90xx
Kode Penjelasan
*#06# Kode IMEI
*#6823711
58412125# Versi Software

*#3283# Tanggal Produksi

sumber:RadjaCell.com

ASUHAN KEPERAWATAN
TYPOID FEVER



A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di Negara-negara sedang berkembang di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan indifidu yang kurang baik. Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemic, tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Demam tifoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata anatra insidensi demam tifoid pada wanita dan pria.(1)
Tifoid Apdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Gejala kilnis pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10 sampai 20 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Relaps dapat terjadi pada minggu ke-2 setelah suhu badan normal kembali. Komlikasi pada usus halus jarang terjadi,akan tetapi sering fatal, yaitu perdarahan usus, perforasi usus dan peritonitis. Komlikasi diluar usus dapat terjadi oleh karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, terjadinya infeksi sekunder, masukan makanan yang kurang atau suhu tubuh yang tinggi.(2)

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksankan asuhan keperawatan pada anak dengan Thypus Abdominalis.

2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajiaan pada asuhan keperawatan pada anak dengan Thypus Abdominalis
b. Mampu melaksanakan perencanaan pada asuhan keperawatan pada anak dengan Thypus Abdominalis
c. Mampu melaksanakan tindakan pda asuhan keperawatan pada anak dengan Thypus Abdominalis
d. Mampu melaksanakan evaluasi pada asuhan keperawatan pada anak dengan Typus Abdominalis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi
Demam Tifoid (Typhoid Fever) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran cerna dan ditandai dengan atau tanpa gangguan kesehatan. Diagnosis ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Masa tunas berkisar antara 10 sampai 20 hari.

B. Epidemiologi
Cara penyebran demam tifoid sangat berbeda di negara maju dengan negara berkembang. Dimana dinegara maju insidensi sangat menurun sekali. Di negara yang sedang berkembang Salmonella typhosa sering merupakan isolate salmonella yang paling sering dengan insidens yang dapat mencapai 0,5% dan dengan angka mortalitas yang tinggi.
Di Indonesia jarang terdapat dalam keadaan endemik. Penderita anak yang ditemukan biasanya berumur di atas 1tahun. Sebagian besar dari penderita (80%) yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun. Insiden penyakit ini tidak berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan.

C. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat komleks lipopolissakarida), antigen H (flagela) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terdapat ketiga antigen tersebut.

D. Patofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus. Melalui pembuluh limfe usus halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali kedalam peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak nyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh kelainan pada usus.

E. Gejala Klinis dan Laboratorium
Gejala klinis demam tifoid pada anak bisanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin di temukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
Kemudiaan muncul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu :
Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun setiap pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tangue), ujung dan tepinya kemerehan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma atau gelisah.

Roseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua. Merupakan sutu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-4 mm, berwarna merah pucat serta hilang pada penekanan. Reseola ini merupakan emboli kuman, dimana didalamnya mengandung kuman Salmonella tyhosa dan terutama didapatkan di daerah perut, dada, kadang-kadang di pantat maupun bagian fleksor dan lengan atas. Kadang-kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis.
Pada tipe congenital, kuman dapat ditemukan pada darah, hati, limfa serta kelainan patologis pada usus tidak didapatkan, hal ini menjelaskan bahwa pada tifoid congenital penularannya lewat darah dan secara cepat menimbulkan gejala-gejala tifoid seperti pada janin. Demam tifoid pada anak dibawah usia 3 tahun jarang dilaporkan, bila terjadi biasanya gambaran klinisnya berbeda dengan anak yang lebih besar. Kejadiannya sering mendadak disertai panas tinggi, muntah-muntah, kejang-kejang dan tanda-tanda rangsang meningen. Pada pemeriksaan darah, terlihat lekositosis (20.000-25.000/mm), limpa sering teraba pada pemeriksaan fisik. Perjalanan penyakit lebih pendek, lebih variasi, sering tidak melebihi 2 minggu dengan angka kematian yang tinggi (12,5%). Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya kuman Salamonella typhii dalam darah dan feces. Reaksi widal akan mengukur antibody terhadap kuman tifoid. Pada awal terjadinya penyakit, widal akan positif dan dalam perkembangan selanjutnya misalnya 1-2 minggu kemudian akan semakin meningkat mesti demam tifoid telah diobati. Hasil test widal dianggap positif apabila titer antibodi O = 1/200 atau lebih, atau apabila terdapat peningkatan titer 4 kali pada pemeriksaan serum sepasang.
Pada demam tifoid sering disertai anemia dari yang ringan sampai sedang dengan peningkatan laju endap darah, gambaran eritrositnya normokrom normositer, diduga oleh karena efek toksin supresi sumsum tulang atau perdarahan usus. Tidak selalu ditemukan lekopeni, sering lekosit dalam batas-batas normal dan dapat pula lekositosis terutama bila disertaikomlikasi yang lain. Jumlah trombosit menurun, gambaran hitung jenis didapatkan limfositosis relative, aneosinodilia, dapat shift to the left atau shift to the right tergantung dari perjalanan penyakit.
Umumnya prognosa tifus abdominalis pada anak baik, asal penderita epat berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi kurang baik atau buruk jika terdapat gejala klinik yang berat seperti :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua
2. Kesadaran menurun sekali (stupor), koma atau delirium
3. Terdapat komlikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonia dan lain-lain
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)

F. Komlikasi
Dapat terjadi pada :
1. Usus halus
a. Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di ronggan peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafrkma pada foto roentgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defence muskulair) dan nyeri pada tekanan.
2. Komlikasi di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karean infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.

G. Penatalaksanaan dan Terapi
Penderita yang harus dirawat dengan diagnosa praduga tifoid harus dianggap dan dirawat sebagai penderita demam tifoid secara garis besar mencakup 3 hal, yaitu :
a. Perawatan
Penderita demam tifoit perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas, untuk mencegah terjadianya komlikasi sangat fatal, tetapi tidak harus tirah baring sempurna. Pergantian posisi tidur juga diperlukan untuk menghindari dekubitus dan bronchitis hipostatik. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi penderita dan dilakukan secara bertahap. Pada penderita dengan kesadaran yang menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi serta tanda- tanda komlikasi demam tifoid yang lain, termasuk buang air kecil dan buang air besar perlu mendapat perhatian.
b. Diet
Kualitas makanan dasn minuman perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan kebuatuhan caiaran dan elektrolit, kalori, protein, vitamin maupun mineral serta diusahakan makan makanan yang rendah atau bebas selulosa/ serat (pantang sayur dan buah-buahan), menghindari makanan yang merangsang / menimbulkan gas. Pada penderita dengan gangguan kesadaran diberikan makanan cair berupa nutrisional parental begitu juga untuk penderita yang mengalami komplikasi, misalnya perdarahan usus, maka pemasukan makanan harus lebih diperhatikan.
c. Medikamentosa
1) Antimikroba
Kloramfenikol
Keuntungannya adalah dapat menurunkan panas dengan cepat, harga murah, masa toksik lebih singkat, gejala / keluhan lebih cepat hilang, menurunkan komplikasi.
Indikasi penggunaan kloramfenikol adalah :
Typus yang pertama, bukan yang relaps / karier
Tidak ada pansitopeni
Lekosit > 3000 / mm
Wanita tidak hamil (karena dapat sebabkan Gray Baby Sindrom)
Dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3 dosis. Jika tidak bisa peroral maka diberikan secara iv dengan dosis 50 mg, neonatus sebaiknya dihindarkan, bila terpaksa dosis tidak boleh melebihi 25 mg/KgBB/hari.

Tiamfenikol
Mempunyai efek yang sama dengan kloramfenikol, mengingat susunan kimianya hampir sama, hanya komplikasi hematogen pada tiamfenikol lebih jarang dilaporkan.
Dosis oral yang dianjurkan 50-100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
Indikasi untuk pengobatan demam tifoid relaps / karier (sebab disekrasikan lewat empedu dalam bentuk aktif).

Cotrimoxazole
Efektifitasnya terhadap demam tifoid masih banyak yang controversial. Kelebihan contrimoxazole antara lain dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap kloramfenikol. Penyerapan di usus cukup baik, kemungkinan timbulnya kekambuhan pengobatan lebih kecil dibandingkan kloramfenikol.
Kelemahan obat ini adalah terjadinya skin rash (1-5%), Stevent Jhonson Sindrom, Agranulositosis, Trombositopeni, Megaloblastik anemia. Hemolisis eritrosit terutama pada penderita defesiensi G6PD.
Dosis oral obat ini adalah 30-40 mg/Kg/KgBB/hari untuk trimetroprim, diberikan dalam 2 kali pemberiaan.

Ampisilin dan Amoksisilin
Ampisilin utamanya lebih lambat menurunkan demam bila dibandingkan dengan klorampenikol, tetapi lebih efektif untuk mengobati karier serta kurng toksik. Kelemahannya dapat terjadi skin rash (3-18%), diare (11%). Amoksisilin mempunyai daya anti bakteri yang sama dengan ampisilin, tetapi penyerapan per oral lebih baik, sehingga kadar obat yang mencapai 2 kali lebih tinggi, timbulnya kekambuhan lebih sedikit (2-5%) dan karier (0-5%).
Dosis yang dilanjutkan pada obat ini adalah :
- Ampisilin 100-200 mg/kgBB/hari
- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari
Pengobatan demam tifoid yang menggunakan obat kombinasi tidak memberikan keuntungan lebih bila diberikan obat tunggal.
2) Simptomatis
Untuk menghilangkan gejal-gejala yang menyertai, misalnya antipiretik dan anti flatulen.
3) Suportif
Untuk memperbaiki keadaan umum, misalnya :
Kortikosteroid
Hanya diberikan dengan indikasi yang tepat karena dapat menyebabkan perdarahan usus dan relaps serta memperburuk regenerasi sel. Tetapi pada kasus berat seperti toxsic sepsis (akibat kematian bakteri yang serempak dan mengeluarkan toksik) maka penggunaan kortikosteroid dapat bermanfaat menurunkan angka kematian. Efek samping obat ini adalah agronulositosis.
Ruboransia
Misalnya vitamin B komplek dan vitamin C.














BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


FOKUS INTERVENSI
Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan : Mendemontrasikan suhu dalam batas normal
Intervensi :
Monitoring KU dan Vital Sign (suhu klien)
R/ suhu 38 9 oC sampai 41 oC menunjukkan proses penyakit akut.
Monitoring suhu lingkungan, batasi atau tambahkan Linen tempat tidur sesuai indikasi
R/ suhu ruang atau jumlah selimut harus dirubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
Berikan kompres hangat
R/ dapat membantu mengurangi demam.
Kolaborasi pemberiaan antipiretik
R/ untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d. gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
Dorong tirah baring
R/ menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
Anjurkan istirahat sebelum makan
R/ menenagkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan.
Berikan kebersihan oral
R/ mulut yang bersih dapat menigkatkan energi untuk makan.
Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan
R/ lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/ nutrisi yang adekuat akan menbantu proses penyembuhan.
Kolaborasi pemberiaan nutrisi, therapi IV sesuai indikasi
R/ program ini mengistirahatkan saluran Gastrointestinal sementara memberikan nutrisi penting.
Resiko tinggi kurang volume cairan b.d. kehilangan-kehilangan sekunder terhadap diare.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan kriteria : Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, tanda vital stabi, keseimbangan masukan dan keluaran urine normal.
Intervasi :
a. Aurasi masukan dan keluaran perkiraan dan kehilangan cairan yang tidak terlihat.
R/ memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, turgon kulit dan pengisian kapiler.
c. Kaji tanda vital
R/ demam menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.
d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring.
R/ kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk penurunan cairan usus.
e. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral.
R/ mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk mempertahankan kehilangan.
Intoleransi aktifitas b.d. peningkatan kebutuhan Metabolisme sekunder terhadap infeksi akut.
Tujuan : Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi :Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
R/ menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.
R/ tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
Berikan aktivitas hiburan yang tepat seperti nonton TV, mendengarkan radio dll.
R/ meningkatkan relaksasi dan menghemat energi.


RUJUKAN :

Carpenito LJ, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi VI EGC, Jakarta, 1997.
Doenges, ME, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III EGC, Jakarta, 2000.
Mansjoer, A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi IV EGC, Jakarta, 2000.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi XII EGC, Jakarta.Staf Pengajar IKA, Ilmu Kedokteran Anak, Buku Kuliah II FKUI, Jakarta, 1995

Typhoid fever

Typhoid fever is a bacterial disease, caused by Salmonella typhi. It is transmitted through the ingestion of food or drink contaminated by the faeces or urine of infected people.

Symptoms usually develop 1–3 weeks after exposure, and may be mild or severe. They include high fever, malaise, headache, constipation or diarrhoea, rose-coloured spots on the chest, and enlarged spleen and liver. Healthy carrier state may follow acute illness.

Typhoid fever can be treated with antibiotics. However, resistance to common antimicrobials is widespread. Healthy carriers should be excluded from handling food.

 
Themes by: Free Templates Studio. Powered by Blogger